TAZKIYYAH AN NAFS #1

Your Ads Here


Bismillah asholatu wassalamu ala Rosulillah wa’ala aliyhi wa shohbihi ajma’iin. Amma ba’du.
   Alhamdulillah, segala puji hanya bagi Allah Rabb yang maha luas dan kekal kasih sayang-Nya. Sholawat salam semoga senantiasa Allah curahkan kepada Nabi kita, Muhammad Sholallahu Alaiyhi wa Sallam, para istrinya, keluarganya, keturunannya, sahabat-sahabiahnya, tabiin dan tabi-tabiin, para ulama serta seluruh ummat-Nya yang tetap sabar dan memegang teguh manhaj yang sahihah..

    Merupakan sebuah nikmat, kita diberikan sakit ini. Yang dengannya kita semua berada dihari ini dengan segudang hikmah yang terpatri dalam jiwa kita, membekas perjalanan panjang yang membekaskan rasa takut dan trauma untuk terjerumus lagi dalam kehinaan dosa.
    Kita telah sadar, dan mengerti bahwa sakit ini pasti disebabkan oleh tangan kita sendiri. Allah lah tentunya yang memberikan kita petunjuk, hingga kita hampir lupa daftar keluhan jasad kita dan mulai merenungi kesalahan-kesalahan dimasa lalu yang merupakan akar dari semua kerusakan ini. Ini adalah indikator kesembuhan pada ruhani, yang merupakan kabar baik bagi jasad kita. Karena setelah ruhani itu sembuh, maka perlahan jasad akan sembuh.

    Ini bukan harapan kosong, karena merupakan sebuah janji dari Nabi kita bahwa “Jika daging [qalbu] itu baik, maka baiklah seluruh tubuhnya” Alhadits. Dan juga janji yang pasti dari sang Raja di Jagat Raya, Raja di Hari Hisab dan Raja dihari akhirat yang kekal; Allah Azza wa Jala dalam al Qur’an-Nya bahwasannya “Al Qur’an itu adalah penyembuh segala penyakit yang ada dalam dada”.

    Segala puji bagi Allah, yang telah memudahkan kita untuk memurnikan amal ibadah kepada-Nya. Sudah ratusan atau ribuan lembar kita baca al Qur’an, tidak terhitung isak tangis dalam do’a, ribuan sujud sudah berlalu. Namun, kenapa kita tidak kunjung sembuh?
Mari kita uraikan pertanyaan aneh dan menyebalkan ini. Karena setiap jasad yang diuji sakit, hampir pasti pernah berbisik seperti ini. Kita memang sudah ber-do’a, namun dikabulkannya do’a itu adalah Haq Allah. Diwaktu yang Allah kehendaki bukan diwaktu yang kita ingini… dengan cara yang Allah kehendaki bukan dengan cara yang kita ingini.
Bertaubat kepada Allah itu memang sudah kita lakukan, berulang-ulang bahkan. Namun, turun-Nya maghfirah [ampunan Allah itu] adalah keputusan-Nya. Sudah pantaskah kita diampuni-Nya?

    Renungkan. Biarkan air mata jatuh, sebagai bukti kejujuran bahwa disalahsatu sudut bumi Allah ini kita pernah menghitung dosa berharap Allah ampuni kelak. Apa yang terbayangkan?
    Jika masih gelap, karena tumpukan masalah dan
 dosa. Mari saya ajak untuk melibatkan diri. Flashback. Kita hitung hari kita. Dari awal,…

    Semua tentu masih ingat saat celana kita masih merah dan baju kita berwarna putih, dasi dan topinya bertuliskan “Tut wuri handayani”. Hari-hari itu kita hidup tanpa beban, akh.. seandainya setiap hari adalah minggu, dan tidak ada “PR”. Alangkah indahnya dunia ini?
6 tahun kemudian berlalu cepat, meninggalkan kisah disekolah dasar itu. Semua bahagia bisa melanjutkan ke SMP, dan SMA. 6 tahun dari saat itu kita mulai mencari jatidiri, kuliah ditempat favorit. Ospek, smpester 1, 2, 3… 7, 8. Skripsi. Menanti. Dag. Dig. Dug. dan lulus!!!

    Lalu periode berikutnya kita saling berlomba mencari kerja dan… Ya! Kita menjadi yang pertama kerja dari seluruh anak mahasiswa di kampus itu. Gaji pertama, traktir, kirim kabar ayah ibu adek dan teman-teman.
    Tiba-tiba saja sudah 20 tahun kita bekerja, mulai merencanakan hari tua dan mulai sadar jasad mulai sakit disana-sini.

    Sebentar, semua itu berlalu sebentar. Coba ambil pena, atau apa saja yang ada disana dan tulislah angka masing-masing. Tulislah angka usia masing-masing…
Silahkan…
    Kalau tidak ada pena, cukup tulis dengan jari di lantai atau tembok dihadapannya. Atau cukup tulis diudara. Tulis angka usianya saat ini. 30, 40, 60?
Ya, sekarang tambahkan sesuai angka tadi. Yang 30 + 30, atau yang angkanya 40 + 40 atau, barangkali yang 60 + 60
Sekarang, lihat angka yang pertama. Usia kita, misalnya; 30 tahun. Silahkan hentikan semua aktifitas berfikir dan rasanya, lalu lihat 30 kebelakang itu. Rentetan peristiwa yang begitu cepat berlalu hingga hari ini..

Sekarang renungkan…
    Saya sangat yakin semua sepakat, bahwa masa yang sudah berlalu itu begitu cepatnya. Masih segar diingatan kita masa-masa di SMA itu? Atau masih jelas diingatan ketika celana merah kita sobek dan ibu menjahitnya? Bukankah 30 tahun itu masa yang cepat, bukankah 40 tahun itu masa yang sangat cepat. Bukankah 60 tahun itu masa yang cepat?
Baik, sekarang lihat hasil penjumlahan angka tadi. Usia kita, ditambah angka yang sama. Misalkan 30+30 hasilnya 60, maka angka anda adaah 60. Yang 40+40, maka angka anda adalah 80. Yang sudah usia 60 atau sekitarnya, maka tambahkan dengan angka yang sama. Hasilnya adalah 120. Jika 40 tahun adalah usia yang Allah berikan hari ini, itu berlalu cepat, bukankah 40 tahun kemudian saat usia anda 80 tahun akan merasakan hal yang sama?
Selama rentan waktu yang panjang itu, apa yang sudah kita lakukan untuk umat islam ini. Bukankah kita tahu bahwa akhir jaman ini adalah milik umat Islam. Bahwa Islam ini akan berjaya kembali? Bagaimana Islam akan berjaya kalau muslimnya sibuk memikirkan perut masing-masing?
    
    Coba renungkan, selama rentan waktu yang panjang itu. Apa yang telah kita lakukan untuk ruhani kita. Sudahkah kita memperhatikannya… Memberinya makan setiap hari… Menanyakan kabarnya; “Apakabar wahai jiwaku?”
Atau, jangan-jangan, kita tidak pernah bertanya tentang kabarnya, apalagi memberinya makanan. Kita selalu berkilah, akh.. kan harus seimbang antara dunia dan akhirat. Harus seimbang antara ruhani dan jasmani? Benarkah kita sudah seimbang? Sedangkan masa waktu akhirat itu lebih panjang daripada dunia yang sesaat ini?
Saudara-saudariku, dalam tubuh kita ini terdiri dari dua hal. Ruhani dan Jasmani, yang keduanya memerlukan makanan. Kebanyakan manusia hanya memperhatikan makanan perutnya dan lupa memberi makan jiwanya. Maka yang terjadi adalah sakit jiwa.

Perhatikan!
    Kita dahulu 6 tahun di sekolah dasar [Elementari School]. Sekolah setiap hari, mengerjakan tugas, dan lain-lain selama 6 tahun adalah untuk mendapatkan selembar surat kelulusan agar kita bisa masuk ke SMP. 3 tahun di sekolah menengah agar kita bisa masuk ke jenjang berikutnya. 3 tahun di SMA agar mendapatkan nilai terbaik untuk masuk ke kampus favorit. Lalu berjuang mati-matian untuk mendapatkan IPK 4 kalau perlu Cumloud maksimal.. agar bisa masuk kerja dengan mudah..
Setelah bekerja, rajin bekerja siang dan malam bahkan lembur untuk apa?
Maka jawaban yang jujur adalah untuk mendapatkan uang. Sekarang, untuk apa uang? Tentu saja, uang untuk memenuhi kebutuhan,..
Kenapa kebutuhan dipenuhi?
Agar perut tenang. Agar hati tenang..
Sekarang, sudah hampir pensiun!
Sudahkah jiwa kita tenang?
Jika iya. Mudah-mudahan ketenangan jiwa itu bukan tipuan belaka…
Jika jawabannya tidak. Maka pastikan, bahwa kita telah tersesat. Sementara dan satu-satunya solusi bagi jiwa yang tersesat adalah kembali. Kembali kemana? Kembali kepada fitrahnya, yang kuat. Karena hati yang kuat itu punya kekuatan untuk berjalan menuju sebuah pertemuan yang indah dengan pencipta-Nya. Dan sebaliknya.
Jika tubuh kuat namun lembek ketika diseru untuk shalat?
Maka pastikan jiwa kita tersesat disuatu tempat. Maka pastikan ia masih terkapar disebuah pantai… Sedangkah kehidupan adalah perjalanan mengarungi samudera luas, dan bukan jalan-jalan dipantai.
    
    Lalu adakah tuntunan dalam islam untuk kembali kepada fitrah itu?
Ya, namanya; Tazkiyyah An Nafs. Atau Tazkiyatunnafs. Tujuan dari Tazkiyyah adalah mengembalikan qalbu kepada Fitrahnya. Karena dalam Qalbu yang fitrah itulah ada kebahagiaan, kekuatan dan ketenangan. Ketenangan yang terpancar dari qalbu yang terdalam. Bukan ketenangan dan tawa-tawa palsu semata.
Ketika qalbu kita sudah kembali fitrah, maka pertama ia akan merasakan kebahagiaan dalam beribadah. Kebahagiaan dan ketenangan itu terpancar diwajah, sehingga orang-orang disekitarnya merasa tenang dan aman dari lidah dan jarinya.
Dalam qalbu yang sehat itu ada kerinduan untuk kembali kesebuah kampung halaman dimana Adam alaiyhi sallam diciptakan! Ada seruan untuk memasuki syurga yang terngiang-ngiang. Seruan yang mengalahkan berbagai bentuk kemaksiatan. Ada seruan untuk mempertahankan tubuh dalam kondisi sehat, agar pulang dengan keadaan penuh kemenangan. Bukan pulang kekuburan dengan khodam dan syaitan-syaitan..
Ada keinginan untuk mewarisi kerajaan Allah di dunia ini dengan anak yang shalih. Sabar terhadap kekuarangan istri. Sabar dalam memperbaiki suami. Bukan ingin cari suami lagi..
Dan untuk mencapai Qalbu yang fitrah ini, dalam konsep RehabHati ada 3 kelompok bahasan.
Definisi
Memahami apa itu tazkiyyah an nafs, secara definitif dan logis serta urgensinya terhadap tubuh.
Kotoran Jiwa.
Memahami jiwa-jasad dan ruh dan jenis-jenis kotorannya.
Metode
Memahami Metodologi Penyucian Jiwa secara syar’ie, ilmiah, logis dan praktis.
Insya Allah, 3 bahasan diatas akan dibahas tuntas dipertemuan-pertemuan berikutnya. Jangan lupa, semua istiqomah di program teraphy masing-masing hingga Allah turunkan rahmat dan keberkahan dari Al Qur’an al Kariim ini. Barokallahufiikum
NURUDDIN AL INDUNISSY
Founder RehabHati

Your Ads Here

Your Ads Here

Your Ads Here

Your Ads Here

Postingan Lebih Baru Postingan Lebih Baru Postingan Lama Postingan Lama

Related Posts

Your Ads Here

Komentar

Posting Komentar
Loading comments...