Kode Etik Bangsa Jin Terhadap Manusia

Your Ads Here



"Kode Etik" Bangsa Jin Terhadap Orang Beriman


By M. Nadhif Khalyani


Kita sering mendengar kisah Jin yang menawarkan bantuan kepada Nabi Sulaiman as. Bentuk bantuan yang ajaib, yakni memindahkan istana Bilqis.

Demikian juga kisah sejenis, beberapa hadits menyebutkan tentang jin yang bisa menculik, terbang dan lainnya.

Kisah kisah kemampuan jin ini begitu "melegenda".

Kisah Aladin dan Lampu Ajaib di timur tengah, hingga kisah Bandung Bondowoso di Indonesia juga tidak lepas dari nuansa eksplorasi terhadap kekuatan bangsa jin.

Di tambah lagi tayangan di TV yang menggambarkan kekuatan jin dengan dramatis, seolah bangsa tersebut bisa melakukan apa saja yang mereka mau terhadap kita.

Namun Islam memberikan penjelasan yang lebih tepat dalam masalah ghaib ini.

Dimensi jin terbatas, dan dibatasi oleh adab/etika yang tidak boleh dilanggar. Terutama terhadap orang orang beriman.

Dari Jabir bin Abdillah radhiallahu ‘anhuma, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

إِذَا دَخَلَ الرَّجُلُ بَيْتَهُ فَذَكَرَ اللَّهَ عِنْدَ دُخُولِهِ، وَعِنْدَ طَعَامِهِ، قَالَ الشَّيْطَانُ: لَا مَبِيتَ لَكُمْ وَلَا عَشَاءَ، وَإِذَا دَخَلَ فَلَمْ يُذْكَرِ اللَّهَ عِنْدَ دُخُولِهِ قَالَ الشَّيْطَانُ: أَدْرَكْتُمُ الْمَبِيتَ

“Apabila ada orang yang masuk rumah, kemudian dia mengingat Allah ketika masuk, dan ketika makan, maka setan akan mengatakan (kepada temannya): ‘Tidak ada tempat menginap dan tidak ada makan malam.’ Tapi apabila dia tidak mengingat Allah (bismillah dan jangan lupa ucapkan salam) ketika masuk, maka setan mengatakan: ‘Kalian mendapatkan tempat menginap’.” (HR. Muslim 2018, Abu Daud 3765 dan yang lainnya)

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

لا تجعلوا بيوتكم مقابر، إن الشيطان ينفر من البيت الذي تقرأ فيه سورة البقرة

“Jangan kalian jadikan rumah kalian seperti kuburan. Sesungguhnya setan lari dari rumah yang dibacakan surat Al-Baqarah di dalamnya.” (HR. Muslim 780, At-Turmudzi 2877)


Sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam “setan tidak akan memasuki rumahnya” maksudnya adalah setan yang membangkang (mengganggu) bukan yang lainnya. (Shahih Ibnu Hibban, 3:59)

Hadits hadits diatas menunjukkan dengan jelas kepada kita bahwa kekuatan jin itu menjadi terbatasi, terhalang dan tidak bebas disebabkan karena Manusia tersebut beriman, menyebut Asma Alloh dan membaca Al Qur'an.

Mereka memang punya kekuatan, namun kekuatan itu seolah tidak berfungsi, disebabkan  karena kedurhakaan mereka dan karena kedurhakaan tersebut berhadapan dengan orang beriman, yang senantiasa membaca doa atau menyebut Asma Nya.


Dari Abul Malih dari seseorang, dia berkata, “Aku pernah diboncengi Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, lalu tunggangan yang kami naiki tergelincir. Aku pun mengatakan, “Celakalah setan”. Namun Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam melarang,

لاَ تَقُلْ تَعِسَ الشَّيْطَانُ فَإِنَّكَ إِذَا قُلْتَ ذَلِكَ تَعَاظَمَ حَتَّى يَكُونَ مِثْلَ الْبَيْتِ وَيَقُولَ بِقُوَّتِى وَلَكِنْ قُلْ بِسْمِ اللَّهِ فَإِنَّكَ إِذَا قُلْتَ ذَلِكَ تَصَاغَرَ حَتَّى يَكُونَ مِثْلَ الذُّبَابِ

“Janganlah kamu ucapkan ‘celakalah setan”, karena jika kamu mengucapkan demikian, setan akan semakin besar seperti rumah. Lalu setan pun dengan sombongnya mengatakan, ‘Itu semua terjadi karena kekuatanku’. Akan tetapi,  ucapkanlah “Bismillah”. Jika engkau mengatakan seperti ini, setan akan semakin kecil sampai-sampai dia akan seperti lalat.” (HR. Ahmad 5:95 dan Abu Daud 4982 dan dishahihkan al-Albani)


Dalam bahasa yang sedikit berbeda, Syaikh Ali Murtadho dalam bukunya, menjelaskan, meskipun jin memiliki berbagai kemampuan hebat dan gerakan yang mengagumkan, namun hal itu dibatasi dan diikat oleh aturan dan hukum hukum Alloh. Oleh karena itu, mereka tidak dapat leluasa berbuat apa saja terhadap orang beriman dan orang Islam. Tidak sebagaimana mereka bisa berbuat hal itu kepada komunitas mereka atau kepada orang orang kafir. ( Bagaimana Menolak Sihir, hal 25)

Ini adalah adab dan batas batas yang tidak boleh dilanggar, dan syetan tidak akan mampu melanggarnya.

"Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah duduk dan saat itu ada seseorang yang makan tanpa membaca bismillah hingga makanannya tersisa satu suapan. Ketika ia mengangkat suapan tersebtu ke mulutnya, ia mengucapkan, “Bismillah awwalahu wa akhirohu (dengan nama Allah pada awal dan akhirnya).” Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pun tertawa dan beliau bersabda, “Setan terus makan bersamanya hingga. Ketika ia menyebut nama Allah (bismillah), setan memuntahkan apa yang ada di perutnya.” (HR. Abu Daud no. 3768, Ahmad 4: 336 dan An Nasai dalam Al Kubro 10113. Al Hafizh Abu Thohir mengatakan bahwa sanad hadits ini hasan. Al Hakim menshahihkan hadits ini dan disetujui oleh Adz Dzahabi. Al Mutsanna bin ‘Abdurrahman mengatakan hadits ini hasan dan memiliki berbagai penguat. Lihat Majma’ Az Zawaid, 5: 22).

Hadits ini menunjukkan bahwa setan itu berusaha terlibat  pada makanan yang tidak disebut nama Allah (membaca: bismillah) saat dimakan. Lalu jika seseorang mengingat Allah (mengucap bismillah) di tengah-tengah makan walau makanan tersisa sedikit, maka diharamkan pada setan apa yang telah dimakan sebelumnya. Juga hadits di atas menunjukkan bahwa setan bisa muntah. Lihat Bahjatun Nazhirin karya Syaikh Salim bin ‘Ied Al Hilaly, 2: 48.


Syaikh Riyadh Samahah, menjelaskan dengan kalimat sedikit berbeda, bahwa apa yang telah disebut Asma Alloh atasnya, maka syetan tidak berhak dan tidak mampu menyentuhnya. Jika mereka memaksakan diri, maka mereka akan hancur.
Ini adalah batas batas yang tidak bisa dilanggar oleh mereka.

Inilah sebabnya, meski meski bangsa jin memiliki kekuatan tertentu, tidak serta merta kekuatan itu begitu bisa digunakan, terhadap orang beriman, yang senantiasa berdzikir, menyebut Asma-NYA dan membaca Kalam-NYA.

Wallohua'lam

Your Ads Here

Your Ads Here

Your Ads Here

Your Ads Here

Postingan Lebih Baru Postingan Lebih Baru Postingan Lama Postingan Lama

Related Posts

Your Ads Here

1 komentar

Terimakasih Sudah membaca, silahkan komentari
Loading comments...