Cara Menangani Kesurupan

Your Ads Here



KESURUPAN KARENA JIN DAN PSIKIS



By M. Nadhif Khalyani
Diposting di RLC Indonesia



Kesurupan adalah fenomena yang sudah lazim dikenal dalam masyarakat kita.

Hanya saja, masyarakat belum memiliki kesepakatan dalam memaknai kesurupan tersebut.


Kesurupan telah dikenal dalam banyak literatur pengobatan, termasuk di dalam dunia ruqyah.

Tema yang mirip dengan kesurupan juga di kenal di dunia psikologi. Di psikologi, ada beberapa kondisi pasien, yang dalam dunia ruqyah lazim dikenal sebagai kesurupan dan gangguan jin.


Misalnya, istilah histeria, split personality dan lainnya.

(Mohon maaf jika salah istilah, sy hanya mencoba menggambarkan kondisi, bukan fokus pada istilah)


Para terapis ruqyah, memandang bahwa kejadian kejadian tersebut adalah efek dari gangguan jin. Sedangkan para psikolog, berpendapat bahwa hal tersebut adalah fenomena kejiwaan.


Dua sudut pandang ini, terkadang membuat kita sebagai pasien, bimbang menentukan langkah terapi yang terbaik untuk diri kita atau keluarga kita.

Dalam tema ini, ada salah satu literatur yang mencoba 'mengakomodir' dua sudut pandang ini.


Beliau adalah, Syaikh Al Murtadho As Sayyid.
Dalam buku beliau, beliau mengakomodir 2 kondisi dalam kasus kesurupan.

Menurut beliau, Kesurupan bisa dimaknai sebagai 2 kondisi :

a. Murni gangguan jin.

Gangguan jenis ini sangat spesifik sifatnya. Hal ini sudah sangat dikenal oleh terapis ruqyah Syar'iyyah. Pasien akan mengalami perubahan sifat, ucapan, ada interaksi 2 arah dg terapis, intensitas gangguan melemah seiring dibacakan ayat Qur'an, dan lain lain.

Banyak gejala yang mengindikasikan bahwa kejadian kesurupan tersebut adalah murni ulah jin.


b. Histeria Nafsiah dan Insyiqaqiyah


Beliau membuat istilah baru :  akal batini, untuk menggambarkan kondisi pada sebagian pasien.

Akal dapat menggerakkan peristiwa histeris dan membuat pasien mengalami histeria (kesurupan) disebabkan oleh peristiwa peristiwa emosional dimasa lalu (histeria nafsiah).

Pasien kadang tidak mengerti apa yang terjadi, dia muncul sebagai sosok pribadi yang berbeda dari kepribadian aslinya. Pada kasus ini, terkadang adalah histeria Insyiqaqiyah (split personality).

Namun juga terkadang adalah ulah jin yang melekat pada dirinya di masa lalu.

Terkadang akal batini atau psikis lah yang muncul dalam reaksi kesurupan. Pada kasus seperti ini, intensitas gangguan tidak melemah seiring dengan proses ruqyah, gangguan bahkan dapat melemah hanya dengan diberikan obat penenang atau dibius.

Beliau mencoba memberikan konsep yang mengakomodir 2 sudut pandang terhadap kesurupan.

Bisa dilihat di buku beliau, hal 85-89.


Konsep ini, secara aplikatif memang demikian adanya.

Ada kondisi kesurupan dikarenakan  ulah jin dan ada pula kesurupan tersebut adalah masalah psikis.

Namun, persoalan yang muncul kemudian adalah, bagaimana membedakan kasus Kesurupan karena masalah kejiwaan (psikis) dan gangguan jin???

Ini bukan hal mudah. namun bagi terapis yang terbiasa mengamati hal  ini, akan menemukan perbedaan signifikan.

Dalam terapi, pemahaman terhadap konsep ini, membuat kita merasa sangat perlu untuk memperbanyak diskusi sebelum proses ruqyah dilakukan.

Karena dengan data yang banyak maka terapis bisa meletakkan persoalan/kondisi pasien secara lebih 'adil'

Sudut pandang ini juga bermanfaat bagi terapis untuk 'melihat' pasien dengan sudut pandang lebih utuh.


Dan yang terpenting, setelah memahami hal ini adalah,

 wajib bagi kita memberikan nasihat nasihat Qur'ani dalam terapi, selain membacakannya saat proses ruqyah.

Semoga di lain kesempatan bisa kita lanjutkan teknis untuk membedakan 2 jenis Kesurupan ini. Aamiin.


Wallohua'lam


Baarakallohu fiikum
====================



Contoh Kesurupan Karena Psikis

Bagian 2 - CM Treatment Case



By M. Nadhif Khalyani
Diposting di RLC Indonesia


Artikel ini adalah penjabaran teknis dari artikel sebelumnya, bahwa ada sebagian gangguan kesurupan, sejatinya bukanlah gangguan jin, tetapi masalah psikis. Wallohua'lam.


Suatu saat, sekitar tahun 2011, ada seorang akhwat bercerita tentang gangguan dan keluhan yang selama ini dirasakannya.

Tema pembicaraan ruqyah di waktu itu lebih banyak berkutat tentang kesurupan dan 'kehebohan' yang beliau alami saat ruqyah massal maupun saat diterapi oleh peruqyah.

Bercerita lah beliau, via SMS tentang 'kehebohan' saat ruqyah biasanya.

Reaksi keras, berontak, melawan hingga berkelahi dengan para terapis.

Kejadian ini senantiasa berulang, dari ruqyah ke ruqyah yang beliau jalani.

Saya tidak bisa membantu meruqyah beliau, karena beliau ada di luar pulau.

Satu satunya yang bisa saya lakukan saat itu hanyalah diskusi, dan mencoba membantu meng-analisa.

Seiring waktu diskusi, dugaan saya, ini bukan case  sihir, juga bukan kasus jin "turunan" seperti kesimpulan kesimpulan sebelumnya.

Akhirnya saya bertanya tentang keluarganya, tentang ayah, ibu, adik, kakak dan semua hal yang terjadi dalam keluarganya.

Dari sekian pembicaraan, ketemu beberapa data trauma dan emosi negatif masa lalu.

Diantaranya, beliau pernah mengalami 'pelecehan seksual', yang dilakukan oleh sang ayah dan kakak kandungnya sendiri. Ada beberapa kejadian lain yang menambah emosi negatif dalam dirinya.

Apakah ada konsep Islam dalam terapi emosi negatif?

Ada....

Sangat banyak disebutkan di Al Qur'an dan kitab kitab tazkiyatunnufus.


Setelah yakin sumber masalahnya, saya menyarankan pada beliau untuk mulai membaca kitab kitab tazkiyatunnufus, tentang berlapang dada, tentang memaafkan, tentang kedudukan orang tua, tentang berbakti dan hal hal lain seputar tazkiyatunnufus.

Setelah beberapa waktu, beliau menceritakan bahwa mulai bisa menempatkan diri dalam semua emosi negatif yang pernah dialami, mengerti dan menyadari bagaimana seharusnya bersikap terhadap realita.


Dan, hal yang menakjubkan terjadi.

Beliau hadir di majelis ruqyah massal berulang kali, dan Alloh takdirkan semua keluhan dan kehebohan reaksi ruqyah hilang total. In syaa Alloh hingga hari ini.


Proses coaching tentu tidak sesimple tulisan ini, ada beberapa hal dan titik kritis yang perlu diuraikan, tidak bisa tergesa-gesa.

Dan dalam situasi seperti inilah, saat terbaik menanamkan nilai-nilai Qur'ani. Mengurai emosi negatif dengan sudut pandang Al Qur'an dan Sunnah. Saat emosi negatif tersebut terurai, maka dengan sendirinya, jin tersebut terlepas, biidznillah, in syaa Alloh.
Your Ads Here

Your Ads Here

Your Ads Here

Your Ads Here

Postingan Lebih Baru Postingan Lebih Baru Postingan Lama Postingan Lama

Related Posts

Your Ads Here

Komentar

Posting Komentar
Loading comments...